di Yogyakarta, Sabtu (6/8).
"Islam perlu menanggapi dinamika perkembangan global yang dilakukan Cina secara signifikan itu, karena Islam dan Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah serta sumber daya nilai dan sejarah," kata Din. "Reaktualisasi itu dilakukan dengan kemampuan Islam dalam merumuskan kembali nilai etika dan moral yang menjadi nilai utama dalam meningkatkan etos kerja dan sosial."
Din mengatakan, kebangkitan Cina dewasa ini membawa kekhawatiran dunia, karena negara tersebut memiliki pertumbuhan ekonomi signifikan sebesar sembilan persen, sehingga memiliki cadangan devisa luar biasa. Saat ini, Cina berpendapatan sekitar US$ 14 triliun dan diprediksikan akan meningkat menjadi US$ 19 triliun pada 2016. Jumlah itu melampaui pendapatan AS yang mencapai US$ 17 triliun.
"Keberhasilan Cina dalam era global karena Negeri Tirai Bambu tersebut sangat berorientasi pada nilai Confusianisme yang mempunyai berbagai nilai positif, seperti kedisiplinan, penghematan, dan penghargaan terhadap waktu," jelas Din. "Dengan pertumbuhan itu, Cina telah mengubah pusat gravitasi dunia, tidak hanya pada tatanan ekonomi global, tetapi juga geopolitik dan geobudaya. Pusat gravitasi dunia saat ini menuju kawasan Asia Timur yang selama ini berada di kawasan Atlantik dengan dominasi Eropa dan AS."(Ant/SHA)