REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Charlie, lahir di pekan ke-23, kini menjadi bukti hidup bahwa aborsi memang harus dipangkas. Saat terlahir, bocah asal Norfolk, Inggris, ini begitu kecil, hanya setelapak tangan ibunya. Beratnya setengah kilogram lebih.
Charlie Allen menjadi satu-satunya bagi yang lahir terlalu prematur di Inggris saat ini. Saat lahir, peluang hidupnya hanya diramal 7 persen saja. Namun, kini Charlie telah tumbuh menjadi anak-anak yang sehat dan ceria, sama seperti anak-anak lainnya.
"
Ketika dia lahir dia begitu kecil; bahkan cincin kawin saya bisa masuk ke lengannya. Saya tak boleh memegangnya, karena takut kulitnya akan robek," kata Emma Allen, sang ibu.
Saat lahir, ia tak bisa bernafas sendiri. hari-harinya hanya didalam tabung dan bernafas dengan ventilator. "Tapi saya selalu yakin, Charlie bisa menjaga dirinya sendiri," lanjut Emma.
Charlie tak lahir sendiri. Ia bersaudara kembar dengan Jack. Namun karena bobotnya terlalu kecil, Jack tak bisa bertahan. Ia meninggal karena infeksi di hari ke-11.
Kini, Charlie jadi bukti baru dalam perdebatan tentang batas waktu aborsi di Inggris. Negara ini mematok batas usia diperbolehkannya aborsi parda 24 pekan. Kini, sejumlah LSM menyerukan agar batas itu diturunkan.
Pada 13 minggu setelah kelahirannya, Charlie mengalami perforasi dalam perutnya yang disebabkan oleh obat dia sedang diberikan untuk membantu menutup lubang dalam jantungnya. Dia harus melalui operasi besar untuk menghilangkan bekuan darah dari penyembuhan luka sebelum melakukan operasi jantung pada usia 14 minggu untuk menutup saluran secara manual.
Baru pada usia 20 minggu, Emma dan Bobby, suaminya, bisa mendekat. Mereka juga boleh menggendongnya.Pada usia lima bulan, ia boleh dibawa pulang. Syaratnya, ia diminta sedikit mungkin kontak dengan orang lain selain keluarga inti untuk menghindari penyakit infeksi.
Menurut pihak rumah sakit, 91 persen bayi yang lahir di usia 23 pekan bisa bertahan hidup. "Syukurlah, anak saya masuk ke angka yang sembilan persen; berhasil bertahan. Dia pejuang kecilku yang hebat," kata Emma yang kini mendirikan lembaga amal untuk membantu bayi yang lahir prematur.