JAKARTA--MICOM: Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang digulirkan Pemerintah Provinsi Banten diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi, sehingga derajat kesehatan masyarakat akan meningkat di masa datang.
Harapan tersebut disampaikan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah. Dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (10/8), Atut menyatakan penggunaan dana BOK diarahkan pada aspek preventif (pencegahan) dan promotif (promosi) kesehatan yang dilakukan petugas pusat
kesehatan masyarakat(Puskesmas).
Dana BOK, ujarnya, juga digunakan untuk penanganan masalah gizi buruk, perbaikan kesehatan ibu dan balita, pemantauan minum obat, dan kunjungan kepada keluarga yang rawan penyakit, di antaranya tuberkulosis. "Program ini ditargetkan bisa menurunkan kematian ibu dan bayi,
prevalensi gizi buruk, dan meningkatkan usia harapan hidup. Sasaran akhirnya adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat Banten," ujar Atut.
Dalam setiap kunjungan kerjanya ke berbagai kecamatan, Atut mengatakan peran para kader Posyandu (pos pelayanan terpadu) menjadi faktor penting dalam upaya perbaikan gizi masyarakat Banten. Hingga saat ini jumlah kader Posyandu di Provinsi Banten tercatat 65.000 orang dan akan terus ditingkatkan seiring dengan terus bertambahnya Posyandu.
Sampai 2010 angka kematian bayi (AKB) di Provinsi Banten mencapai 22,8 dari 1.000 kelahiran hidup. Angka itu melampaui rata-rata nasional dan target sasaran pembangunan millennium (Millennium Development Goals/MDGs). AKB nasional 2010 sebesar 35 dari 1.000 kelahiran hidup, sedangkan target MDGs pada 2015 AKB dipatok 25 orang per 1.000 kelahiran hidup.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Banten HA Drajat mengatakan angka kematian ibu (AKI) melahirkan sepanjang 2010 tercatat 187,3 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan rata-rata nasional berada pada angka 228 per 1.000 kelahiran hidup. (Ant/OL-01)