JAKARTA - Pengamat ekonomi Universitas Atma Jaya A Prasetyantoko menilai, masih ada risiko-risiko yang perlu diantisipasi jika sentimen global ini terus memburuk.
Jika pada awal pekan ini IHSG tidak merangkak naik, jelas nampak gambaran bahwa investor asing mulai sangat berhati-hati. IHSG yang sebelumnya bisa menyentuh level 4.000 diperkirakan sulit terulang.
"Pemeirntah perlu memikirkan instrument apa yang bisa digunakan jika pasar modal yang terguncang karena instrumennya belum ada," kata Prasetyantoko saat dihubungi via telepon di Jakarta Sabtu (6/8/2011).
Menurutnya, potensi terjadinya sudden reversal cukup terbuka. Alasannya, jika kondisi di Amerika Serikat makin memburuk dan investor menarik seluruh modalnya, termasuk yang ditanamkan di negara berkembang, maka akan terjadi pembalikan arus modal secara besar-besaran.
Dia mengatakan, untuk mengantisipasi ini pemerintah sudah memiliki instrumen untuk buy back. Selain itu, yang perlu diantisipasi adalah nilai tukar mata uang rupiah yang dimungkinkan tergerus dan melemah jika terjadi sudden reversal. "Bank Indonesia harus sterilisasi agar tidak terlalu lemah," tambahnya.
Terlepas dari itu, pihaknya optimistis pemilik modal tetap akan mempertahankan modalnya di negara berkembang, termasuk Indonesia. Sebab, investor memerlukan tempat yang aman untuk menanamkan modalnya. Jika terjadi pembalikan arus modal, dia optimistis pada waktunya nanti akan kembali ke Indonesia. (nia)
(Wisnu Murti/Koran SI/rhs)