Ilustrasi : Corbis
JAKARTA - Sejumlah universitas di Australia mengalami kemerosotan jumlah pendaftaran mahasiswa asing. Hal ini akan menimbulkan potensi hilangnya pendapatan hingga jutaan dolar.
Seperti yang disitat dari laman University World News, Kamis (21/7/2011), sebuah laporan memprediksi penurunan drastis setelah pemerintah Australia mengeluarkan kebijakan mengenai pelarangan izin tinggal tetap terhadap mahasiswa asing setelah lulus kuliah.
Bedasarkan analisis data Departemen Imigrasi yang dilakukan oleh Bob Birrell dan peneliti dari Monash University menunjukkan, jumlah pelamar dilihat dari visa permanennya akan jatuh ke angka 4.000 orang per tahun dari 20 ribu orang sejak dua tahun lalu.
"Akses sulit untuk mendapatkan visa permanen menyebabkan nihilnya lonjakan jumlah mahasiswa asing," tulis laporan tersebut.
Temasuk dalam laporan Immigration and the Resource Boom Mark 2, antara lain membahas mengenai jumlah imigran yang memasuki Negeri Kanguru tersebut sejalan dengan pesatnya keruntuhan dalam pendaftaran mahasiswa asing.
Contohnya awal tahun ini, papar Birrell melalui laporannya, Departemen Imigrasi membocorkan aplikasi visa dari China merosot hingga 20 persen. Dengan demikian dikhawatirkan kemerosotan pendapatan univesitas bisa dua kali lipat dari angka tersebut.
"Padahal China belakangan ini telah menjadi sumber terbesar untuk mahasiswa asing di Australia," lanjut laporan Birrell.
Apalagi India, sebagai negara sumber mahasiswa asing terbesar kedua, terkena dampak pembatasan visa yang lebih ketat dan publisitas dua tahun lalu mengenai serangan terhadap mahasiswa India di ibu kota negara bagian timur Australia.
"Sebagai jalan keluar sementara, bagi mahasiswa yang ingin memperoleh visa menetap telah dibuka pada 8 Februari lalu. Siswa asing yang sudah memiliki visa tersebut bisa mengajukan permohonan menetap hingga akhir 2012," terang laporan Birrell.
(rhs)