JAKARTA - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mendesak pemerintah untuk segera merealisasikan kerja sama pasar bebas dalam skema Indonesia-Australia Free Trade Agreement (IAFTA) yang merupakan bagian dari AANZ-FTA.
"Jika FTA Indonesia dan Australia jadi diwujudkan, hal ini bisa membuka kesempatan ekspor automotif yang besar bagi Indonesia mengingat pertumbuhan industri automotif kita semakin kuat," kata Ketua II Gaikindo Jongky D Sugiarto, di Jakarta, Senin (18/7/2011).
Jongky mengatakan, jenis kendaraan dari Indonesia yang laku di pasar Australia adalah SUV dan multipurpose vehicle (MPV).
"Beberapa jenis kendaraan yang sudah diproduksi di Indonesia telah memiliki Asean content di atas 50 persen terutama untuk jenis SUV dan MPV. Lagi pula, kita tidak perlu banyak melakukan modifikasi karena di Australia posisi setirnya sudah di sebelah kanan," kata Jongky.
Budi berharap, penetrasi pasar ke Australia bisa memudahkan produk automotif dalam negeri masuk ke sejumlah negara di Amerika Latin, Amerika Tengah dan Timur Tengah.
"Produk automotif kita sudah menembus pasar Venezuela, Meksiko, Mesir, Arab Saudi, hingga Uni Emirat Arab," kata Budi.
Budi menambahkan, penggunaan komponen lokal untuk memproduksi satu unit mobil saat ini telah mencapai 60-70 persen, sedangkan 15 persen masih diimpor dari ASEAN sementara sisanya didatangkan dari Jepang.
"Untuk Toyota, Indonesia sudah bisa memproduksi engine berkapasitas hingga 2.000 cc, sedangkan engine untuk Fortuner 2.700 cc sudah bisa kita ekspor. Adapun, impor CBU kita masih didominasi oleh transmisi dan beberapa mobil utuh seperti Accord, Camry dan BMW Series 7," paparnya.
Budi optimistis, ekspor automotif Indonesia ke kawasan ASEAN pada tahun ini diperkirakan bisa mencapai 100 ribu unit atau senilai USD1,6 miliar-USD1,8 miliar, yakni naik 25 persen dibandingkan dengan ekspor 2010 yang sekira 80 ribu unit.
(Sandra Karina/Koran SI/ade)
