Ilustrasi perempuan Sudan. Foto: Mohamed Jamal/Reuters
Konflik yang terjadi di Sudan tidak hanya memengaruhi kestabilan ekonomi, melainkan juga kehidupan perempuan di negara tersebut. Menurut laporan UN Women bertajuk "Dimensions of Food Insecurity in Sudan" yang dirilis pada 11 November 2025, tercatat ada 11 juta perempuan dan anak perempuan di Sudan yang mengalami kerawanan pangan akut.
Data dalam laporan tersebut juga menyebutkan, 73,7 persen perempuan yang tidak memenuhi keragaman pangan minimum. Artinya mereka memiliki pola makan yang buruk dan tidak memenuhi gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Konflik ini juga membuat perempuan dan anak perempuan dilaporkan makan paling sedikit dibanding laki-laki. Bahkan sebagian besar dari mereka tidak makan sama sekali. Menurut laporan dari lapangan, perempuan melakukan segala cara untuk meraih sumber makanan. Contohnya mencari dedaunan liar dan buah beri untuk direbus menjadi sup.
Perwakilan PBB untuk Perempuan di Sudan, Salvator Nkurunziza, menyebut kondisi ini bukan sekadar masalah kelaparan, melainkan darurat kesetaraan gender.
"Dengan kondisi yang kini mendekati ambang kelaparan di beberapa wilayah di negara ini, ini bukan sekadar krisis pangan, tetapi darurat gender yang disebabkan oleh kegagalan tindakan responsif gender," ungkapnya.
Perempuan yang jadi kepala rumah tangga alami kerawanan pangan tiga kali lipat
Ilustrasi perempuan Sudan. Foto: Dok. AFP
Dalam laporan lain yang dirilis pada Juni lalu berjudul " Gender Snapshot: Women, Food Insecurity, and Famine Risk in Sudan" , kerawanan pangan lebih buruk apabila keluarga tersebut dipimpin oleh perempuan. Mereka mengalami kondisi kelaparan tiga kali lebih parah dibanding keluarga yang dikepalai laki-laki.
Hanya 1,9 persen rumah tangga dengan kepala keluarga perempuan yang mengalami ketahanan pangan. Jumlah tersebut lebih rendah dibanding 5,9 persen rumah tangga yang dikepalai laki-laki. Kondisi ini tentu membahayakan kesehatan ibu dan anak. Terutama bagi perempuan hamil.
"Perempuan dan anak perempuan menanggung beban kerawanan pangan yang parah, dengan sumber daya yang lebih sedikit, akses yang lebih terbatas terhadap bantuan, dan paparan risiko yang lebih besar," ungkap Salvator.
Bukan hanya kerawanan pangan, perempuan Sudan alami kekerasan
Ilustrasi perempuan Sudan. Foto: STR/AFP
Selain menghadapi kerawanan pangan, perempuan di Sudan juga terpapar risiko kekerasan seksual dan kekerasan berbasis gender. Dalam laporan UN Women, perempuan disebut rentan mengalami kekerasan saat mengambil air, mengumpulkan kayu bakar, atau mengantre makanan.
Dikutip dari The UN Refugee Agency, kekerasan seksual juga terjadi ketika perempuan berusaha mengungsi, dan tindakan tersebut sering dilakukan oleh kelompok bersenjata.
Melihat kondisi ini, UN Women mendesak para donatur untuk menyediakan dana untuk perlindungan perempuan. Mereka juga turut hadir di Sudan dan memperkuat kerja sama lokal untuk membantu para perempuan yang terdampak konflik.
"Sebagai UN Women, kami turut merasakan beban setiap perempuan yang dibungkam oleh perang di Sudan," ungkap Jenewa, Anna Mutavati, Direktur Regional UN Women untuk Afrika Timur dan Selatan.
Ia pun menegaskan bahwa perempuan dan anak perempuan di negara tersebut bukan angka statistik. Mereka pantas untuk mendapatkan kondisi kehidupan yang layak dan dapat makan dengan gizi yang layak.