Filosofi Totopong, Ikat Kepala Khas Sunda - juandry blog

Halaman ini telah diakses: Views
kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Filosofi Totopong, Ikat Kepala Khas Sunda
Aug 26th 2025, 17:07 by Berita Terkini

Ilustrasi Filosofi Totopong. Sumber: Unsplash/Mahmur Marganti
Ilustrasi Filosofi Totopong. Sumber: Unsplash/Mahmur Marganti

Totopong saat ini mulai dikenal masyarakat luas karena digunakan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Banyak masyarakat yang penasaran dengan filosofi totopong. Terutama bagi masyarakat yang bukan berasal dari Jawa Barat.

Totopong saat ini sudah jarang digunakan sehari-hari oleh masyarakat. Aksesoris tersebut biasanya hanya digunakan untuk acara-acara tertentu.

Penjelasan Filosofi Totopong atau Ikat Kepala dari Sunda

Ilustrasi Filosofi Totopong. Sumber: Pexels/Mulya Has
Ilustrasi Filosofi Totopong. Sumber: Pexels/Mulya Has

Indonesia terdiri dari ribuan suku yang masing-masing memiliki adat, kebudayaan, dan bahasa yang berbeda. Salah satu suku di tanah air adalah Sunda. Dikutip dari buku Mengenal Suku-suku di Indonesia, Wijayanto (2022:17), Suku Sunda merupakan kelompok etnis yang berasal dari Pulau Jawa bagian barat yang ada di Indonesia.

Sama seperti suku lainnya, Sunda memiliki pakaian adat tersendiri. Pada pakaian adat atau tradisional, biasanya akan dilengkapi dengan berbagai macam aksesoris.

Para pria Sunda biasanya menggunakan totopong sebagai aksesoris. Totopong merupakan ikat kepala atau penutup kepala khas suku tersebut. Totopong juga biasa disebut sebagai iket. Totopong menggunakan kain batik dengan variasi bentuk dan makna filosofis yang berbeda. Lantas, apa filosofi totopong?

Secara filosofis, iket berasal dari kata saiket yang artinya adalah satu kesatuan hidup. Selain itu makna filosofis lainnya yaitu keteguhan pendirian dan pengendalian diri. Totopong digunakan juga sebagai identitas budaya Sunda

Mengenal Lebih Jauh Totopong atau Iket

Ilustrasi Filosofi Totopong. Sumber: Unsplash/Tienko Dima
Ilustrasi Filosofi Totopong. Sumber: Unsplash/Tienko Dima

Jika dilihat dari sejarahnya, totopong atau iket terbagi menjadi dua, yakni iket buhun dan iket kiwar. Iket buhun merupakan jenis iket dengan model zaman dahulu yang dibentuk dari kain persegi empat dan dilipat dengan aturan-aturan tertentu. Sementara iket kiwari adalah model modern, tetapi bentuk dan modelnya mirip iket buhun.

Meskipun serupa, tetapi kedua jenis iket Sunda tersebut memiliki perbedaan. Perbedaan yang paling signifikan dapat dilihat dari warna, motif, dan corak kain. Kedua iket tersebut ternyata terbagi lagi menjadi beberapa jenis. Adapun jenis iket buhun dan kiwari sebagai berikut.

1. Iket Buhun

  • Iket Parekos Gedang

  • Iket Kuda Ngencar

  • Iket Parekos Nangka

  • Iket Barangbang Semplak

  • Iket Julang Ngapak

  • Iket Parekos Jengkol

2. Iket Kiwari

  • Iket Hanjuang Nangtung

  • Iket Praktis Parekos

  • Iket Praktis Makuta Wangsa

  • Iket Candra Sumirat

  • Iket Maung Leumpang

Baca juga: Apa Itu Panca Waluya? Cek Maknanya dalam Kebudayaan Sunda

Filosofi totopong atau ikat kepala khas Sunda adalah keteguhan pendirian, identitas budaya, dan kesatuan hidup. Sudah selayaknya totopong dilestarikan dan dikenalkan secara luas. (FAR)

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url