CEO Pertamina Renewable Energy (PRNE) John Anis dalam media briefing di Jakarta, Kamis (3/7/2025). Foto: PRNE
Langkah Pertamina Renewable Energy (PRNE) mencaplok 20 persen saham perusahaan energi terbarukan asal Filipina, Citicore Renewable Energy Corporation (CREC), bukan sekadar ekspansi bisnis. Aksi korporasi ini jadi pintu masuk strategis menuju integrasi kawasan lewat ASEAN Power Grid lewat Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Untuk mencaplok 20 persen saham CREC, Pertamina NRE menggelontorkan USD 120 juta atau setara Rp 1,96 triliun (kurs Rp 16.410 per dolar AS).
CEO PRNE John Anis mengatakan akuisisi saham minoritas ini bukan hanya soal nilai investasi, tetapi tentang memperkuat posisi Indonesia dalam konstelasi energi regional. Citicore, yang dikenal sebagai salah satu pemain utama panel suraya (solar PV) di Filipina, saat ini tengah membangun proyek-proyek dengan total kapasitas lebih dari 1 gigawatt yang ditargetkan rampung pada akhir tahun ini.
"Ada ASEAN Power Grid yang cita-citanya seperti kayak di Eropa, transmisi setiap negara bisa terkoneksi. Ini mungkin tahap awal, tapi pasti 50 tahun lagi akan terjadi. Kita harus siapkan ke sana, ini arahanya jangka panjang membuka peluang berkontribusi secara besar di ASEAN. Harus ditangkap dari sekarang," katanya dalam diskusi dengan media di Jakarta, Kamis (4/7).
ASEAN Power Grid adalah inisiatif regional untuk mengintegrasikan sistem kelistrikan antarnegara Asia Tenggara melalui koneksi jaringan transmisi. Dalam jangka panjang, proyek ini bertujuan membentuk pasar listrik regional yang memungkinkan negara-negara ASEAN untuk mengekspor dan mengimpor listrik secara langsung—terutama dari sumber terbarukan.
Sejauh ini, beberapa koneksi lintas negara yang telah berjalan di antaranya: Laos–Thailand–Malaysia–Singapura (LTMS): Laos mengekspor listrik PLTA ke Malaysia dan Singapura melalui jalur transmisi lintas Thailand. Lalu ada Thailand–Kamboja dan Thailand–Myanmar: saling berbagi pasokan listrik. Sementara Indonesia–Malaysia (Kalimantan–Sabah): sedang dalam tahap pengembangan.
Konferensi pers kerja sama Pertamina NRE and Citicore Renewable Energy Corporation (CREC) menandatangani perjanjian pengambilan bagian 20 persen saham baru, Kamis (19/6/2025). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
"Filipina sudah sangat progresif. Mereka punya iklim investasi yang kompetitif, grid yang terbuka, dan prioritas untuk renewable dalam sistem kelistrikannya. Jadi kami bisa belajar sekaligus menyiapkan posisi untuk ekspansi regional," jelas John.
Saat ini, Citicore telah mengoperasikan 285 MW kapasitas PLTS, sedang membangun 1.085 MW, dan memiliki pipeline proyek lanjutan sebesar 2.405 MW. Menurut John, lewat kemitraan ini, PRNE juga dapat memperluas pengalaman konstruksi dan operasional proyek energi bersih skala besar.
"Kami melihat Citicore tidak hanya sebagai mitra bisnis, tetapi juga sebagai akselerator kemampuan kami. Kuncinya bukan hanya teknologi, tapi kecepatan eksekusi. Di Filipina, membangun 1 megawatt bisa selesai dalam 1–2 hari. Itu benchmark penting," tegasnya.
Rencana Ekspor ke Singapura
John mengatakan untuk tahap awal, Pertamina RNE akan membangun kelistrikan di Filipina, bukan di Indonesia. Alasannya karena di sana, kebutuhan listrik lebih mendesak, terutama di sumber energi bersih. Sementara di Indonesia, masih banyak sumber energi bersih lainnya yang bisa diandalkan.
Setelah kelistrikan di Filipina tercukupi, pasokan berlebih ini akan dijual ke negara ASEAN lainnya. Salah satunya ke Singapura. Pun ketika Filipina akan menggarap proyek PLTS di Indonesia, Pertamina RNE membuka jalan untuk bisa ekspor listrik ke Singapura.
Menurut CEO PRNE John Anis, proyek-proyek PLTS yang dikembangkan Citicore dapat menjadi bagian dari strategi ekspor energi lintas negara seiring berkembangnya konektivitas regional.
Penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di green house kebun melon hidroponik milik kelompok pemuda tani Kabupaten Tanggamus, Lampung. Foto: Dok. Pertamina
"Kami mendukung rencana mereka mengekspor listrik ke Singapura. Dan ke depan, ketika transmisi regional terbangun, bukan tak mungkin listrik dari proyek gabungan ini juga bisa disalurkan ke negara ASEAN lainnya," ujar John.
Ia menambahkan, langkah PRNE masuk ke pasar luar negeri merupakan bagian dari strategi jangka panjang. Sambil menunggu kesiapan pasar domestik dan percepatan regulasi seperti untuk melistriki daerat 3T dan koperasi desa, PRNE terus membangun kekuatan dan pengalaman melalui proyek di kawasan.