Ilustrasi gambar Gulo Puan, makanan khas Palembang/Dokumen Kumparan.
Gulo Puan merupakan salah satu makanan khas Palembang yang ada saat Ramadan. Namun, saat ini Gulo Puan menjadi salah satu makanan yang hampir langka
Makanan dengan rasa yang manis ini biasanya dijadikan bahan pengganti gula untuk membuat kue tradisional khas Palembang, salah satunya Bolu Lapan Jam. Gulo Puan masih eksis di perdesaan termasuk di Desa Bangsal yang merupakan Desa dengan kekayaan Kerbau Rawanya.
Gulo Puan telah ada sejak zaman kesultanan Palembang dan merupakan makanan istimewa yang disajikan hanya untuk para bangsawan. Seiring berjalannya waktu, makanan ini menjadi populer dan sangat diminati oleh masyarakat Sumsel.
Namun, lambat laun makanan khas Sumsel ini mengalami kelangkaan karena produksi susu kerbau yang kian berkurang. Hal ini menjadikan banyak masyarakat yang berupaya untuk melestarikan Gulo Puan sebagai kuliner yang patut dijaga keberadaannya.
Salah satu penjual Gulo Puan, Yeyen mengatakan bahwa masyarakat Sumsel saat ini masih memesan Gulo Puan terutama di wilayah Kota Palembang.
"Sampai sekarang masih ada yang membeli Gulo Puan, terakhir ada yang membeli sampai 5 kilo untuk dijadikan bahan pengganti gula untuk membuat kue," katanya
Yeyen menjelaskan juga harga dari Gulo Puan untuk 1 kilonya mencapai Rp. 120 ribu.
Proses pembuatan Gulo Puan tersebut ialah dengan menggunakan susu kerbau yang disangrai dengan gula pasir sehingga menjadi bubuk yang manis.
Selain di Kota Palembang, banyak juga warga desa yang membeli Gulo Puan dan menjadikannya makanan khas tradisional desa tersebut. Contohnya seperti Desa Bangsal yang memiliki kue bolu khas dari bahan Gulo Puan yaitu, Juada Gulo Puan.
"Kalo kami menyebutnya Juada Gulo Puan, itu adalah kue bolu yang terbuat dari Gulo Puan. Rasanya manis dan gurih, lebih nikmat dari pada Bolu Lapan Jam," Ujar Yeyen.
Yeyen juga menambahkan bahwa saat ini, penjualan masih belum terlihat ramai. Biasanya penjualan Gulo Puan akan meningkat pesat di 2 minggu mendekati hari lebaran.
