Nov 1st 2024, 18:59, by Angga Sukmawijaya, kumparanBISNIS
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa keuangan (OJK), Mahendra Siregar, mengatakan berdasarkan Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK pada 30 Oktober 2024, sektor jasa keuangan masih stabil dan bisa mendukung target pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Stabilitas sektor jasa keuangan terjaga stabil di tengah meningkatnya risiko geopolitik dan melemahnya aktivitas perekonomian global," katanya saat konferensi pers virtual, Jumat (1/11).
Namun menurut Mahendra, perlambatan pertumbuhan ekonomi di beberapa negara utama dan ketidakpastian geopolitik memang menjadi tantangan utama bagi ekonomi global saat ini.
Perekonomian Amerika Serikat (AS), lanjut dia, menunjukkan perkembangan yang lebih baik dari ekspektasi awal seiring solidnya pasar tenaga kerja serta membaiknya permintaan domestik.
Sementara di Eropa, aktivitas perekonomian mulai membaik yang terlihat dari naiknya penjualan ritel, namun dari sisi manufaktur masih relatif tertekan.
Adapun pertumbuhan ekonomi China pada kuartal III 2024 masih menunjukkan perlambatan baik dari sisi demand maupun supply. Hal ini mendorong pemerintah dan bank sentral China terus mengeluarkan stimulus untuk mendorong sektor riil dan kembali melonggarkan kebijakan moneter.
"Risiko geopolitik global yang meningkat turut menjadi tantangan bagi prospek perekonomian ke depan, terutama terkait eskalasi konflik di Timur Tengah, serta dinamika politik di AS menjelang Pemilihan Presiden di November 2024," tutur Mahendra.
Instabilitas yang terjadi di Timur Tengah, lanjut Mahendra, juga menyebabkan harga komoditas safe haven seperti emas meningkat. Perkembangan tersebut menyebabkan premi risiko meningkat dan kenaikan yield secara global.
"Hal ini mendorong aliran modal keluar (outflow) dari negara emerging markets, termasuk Indonesia, sehingga pasar keuangan emerging markets mayoritas melemah," katanya.
Mahendra menuturkan, kinerja perekonomian secara umum masih terjaga stabil di tengah lemahnya kondisi perekonomian global. Inflasi inti terjaga serta neraca perdagangan masih mencatatkan surplus sejak Juli 2024.
"Namun demikian, perlu dicermati Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur yang masih berada di zona kontraksi serta pemulihan daya beli yang berlangsung relatif lambat," tuturnya.
Saat ditanya terkait kontribusi sektor jasa keuangan terhadap target pertumbuhan ekonomi nasional bisa mencapai 8 persen, Mahendra optimistis masih ada modal kuat untuk bisa saling mendukung.
"Ini adalah modalitas yang kuat bagi sektor jasa keuangan, yang didukung juga tentunya oleh tingkat risiko yang baik dan permodalan yang kuat, sehingga mampu untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di dalam negeri," jelas Mahendra.
Secara spesifik, lanjut dia, peran sektor jasa keuangan akan didorong untuk terus meningkatkan kredit serta pembiayaan, antara lain memperkuat infrastruktur pendukung ekosistem pembiayaan, misalnya pengembangan ekosistem pelaporan kredit, memperluas penggunaan SLIK ke industri fintech untuk P2P lending, asuransi, dan penjaminan.
"Kami dapat melaporkan menjadi terus secara konsisten upaya untuk pengembangan dan mengambil instrumen pasar keuangan yang dilakukan untuk mengakomodir jenis dan bentuk pembiayaan yang diperlukan," kata Mahendra.