Nov 8th 2024, 07:03, by Tim kumparan, kumparanNEWS
Lubang misterius muncul di Sungai Kalisat Tenggong di Dusun Kaliandon RT 02 RW 10, Desa Dawuhan, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar. Aliran air di sungai tersebut pun terserap ke lubang misterius itu hingga kering.
"Terdapat lubang diameter kurang lebih 1,5 meter dengan kedalaman kurang lebih 10 meter," ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Blitar, Ivong Bettryanto kepada kumparan, Rabu (6/11).
Ivong menjelaskan, lubang misterius itu pertama kali ditemukan oleh warga sekitar bernama Nurudin dan Suyono. Ia awalnya hendak pergi mencari rumput melewati sungai itu pada Jumat (1/11) pagi. Mereka melihat ada lubang di tengah sungai tersebut dan melaporkannya ke BPBD.
Ivong menerangkan, dengan kemunculan lubang misterius itu menyebabkan air Sungai Kalisat Tenggong mengalir ke arah lubang tersebut.
"Lubang tidak kunjung penuh oleh air," terangnya.
PVMBG Diminta Cek
Terkait lubang tersebut BPBD Kabupaten Blitar telah menyurati Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada Rabu (6/11) kemarin. PVMBG diminta untuk melakukan pengecekan terhadap lubang itu.
"Kami tidak punya kapasitas menilai (lubang misterius) itu apa, akhirnya kami bersurat ke PVMBG Bandung untuk dilaksanakan survei di lokasi," kata Ivong saat dikonfirmasi, Kamis (7/11).
Dari pengecekan itu, kata Ivong, nantinya pihaknya akan tahu langkah apa yang akan diambil dalam penanganannya. Adapun sejauh ini lubang misterius itu tidak menimbulkan dampak kepada warga sekitar lantaran jaraknya cukup jauh dengan pemukiman.
Penjelasan Ahli
Ahli Geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Amien Widodo, mengungkapkan munculnya lubang misterius itu karena berada di wilayah batuan kapur. Menurutnya batuan kapur itu seringkali membentuk gua atau sinkhole di dasarnya.
"Jadi di daerah Blitar selatan itu kalau geologinya didominasi oleh batu gamping atau kapur seperti di daerah Wonosari. Karena itu satu deretan dengan daerah Wonosari," kata Amien kepada kumparan, Kamis (7/11).
"Batu gamping itu biasanya di bawahnya ada gua. Gua tadi bisa semakin menipis, sehingga bisa ambles atau (bisa disebut) sinkhole," tambahnya.
Amien mengungkapkan bahwa terbentuknya lubang misterius itu memang secara alami. Hal ini karena wilayah batuan kapur mudah terkikis atau larut oleh air.
"Alami, jadi gua di daerah batu gamping seperti di Wonosari itu karena dia mudah larut oleh air. Sehingga gua tadi lubangnya semakin membesar. Berarti kan mendekati permukaan makin tipis, guanya semakin membesar. Sehingga guanya semakin bolong," ungkapnya.
Dengan adanya fenomena itu, kata Amien, bisa berdampak hilangnya sungai yang berada di sekitar lubang tersebut akibat terkikis. Kondisi itu tidak masalah jika tidak di lokasi yang banyak masyarakat.
Untuk itu, ia menyarankan agar dilakukan pemetaan atau mapping luasan dari lubang misterius hingga ke titik muara.
"Jadi lubang tadi apakah hanya sekecil itu. Jangan-jangan luas. Kalau hanya sekecil itu ya bisa ditambal. Ya semua bisa ditambal kalau kita mau memanfaatkan air sungai. Ditambalnya ya dicor dibikin jembatan gitu," ujarnya.
"Gua tadi mengalirnya di mana penting juga dicari itu ke arah mana. Bisa dicari sampai muaranya," imbuhnya.
Diperkirakan Sudah Ada Sejak Lama
Amien mengatakan lubang misterius yang muncul di Sungai kalisat, Kabupaten Blitar, sudah ada sejak lama. Namun baru terlihat sekarang dan semakin membesar karena adanya pelarutan akibat aliran air terus menerus ke dasar sungai.
"Pelarutan batu kapur terjadi dalam gua, di bawah dasar sungai. Tapi kalau dilihat dari namanya Kali Asat mungkin sudah terjadi lama dan lubangnya semakin melebar seperti terlihat sekarang," kata Amien kepada kumparan, Kamis (7/11).
Amien menjelaskan, berdasarkan cerita geologis, kawasan yang dibentuk oleh batu gamping atau yang dikenal dengan kawasan Karst akan banyak ditemukan gua, uvala, bukit pepino dan lainnya.
"Karst ini terbentuk sebagai konsekuensi karena terletak di kawasan tektonik aktif yang akan membuat banyak retakan/patahan pada batu gamping dan sebagai konsekuensi terletak di kawasan tropis yang banyak hujan," jelasnya.
Ia menerangkan, fenomena ini dimulai dengan adanya resapan air hujan ke dalam batu gamping melalui rekahan atau patahan.
"Batugamping (CaCO3) mudah larut oleh air hujan (H2O) sehingga retakan atau patahan semakin melebar dan terus melebar bersamaan dengan bertambahnya waktu," terangnya.
Sehingga, kata Amien, terbentuk gua-gua yang saling terhubung satu sama lain dan air hujan yang masuk ke gua akan membentuk air bawah tanah.
Pelarutan terus berlangsung dan gua akan terus membesar dan terus semakin dekat dengan permukaan bumi.
"Langit-langit atas gua tersebut akan runtuh yang dikenal dengan Sink Hole. Sink hole ini bisa dipercepat dengan banyaknya tambahan bangunan yang akan menambah tekanan pada langit langit gua," ujarnya.