Nov 7th 2024, 19:00, by Abdul Latif, kumparanBISNIS
Berkunjung ke Kota Batu belum lengkap jika tidak mencoba kulinernya. Salah satu yang populer adalah Bakso Sritikah yang berlokasi di jalan Jl. Dewi Sartika. Warung bakso yang bukan hanya jualan bakso, tapi juga menyediakan menu krokot alias kaki sapi berukuran jumbo yang dipadu dengan kuah kaldu.
Lokasi warung yang strategis di tepi jalan protokol menuju pasar Kota Wisata Batu menjadi keuntungan. Warga Batu, maupun wisatawan yang melintas sangat mudah menemukan warung ini. Tak heran, warung bakso khas Malang ini selalu ramai. Belum lagi, beberapa menu yang ditawarkan Bakso Sritikah sempat viral di media sosial.
Salah satu pembeli, Satya Yudhi, mengaku awalnya penasaran dengan Bakso Sritikah setelah terpapar unggahan di TikTok. Makanya, setiap berkunjung ke Batu, pria yang berdomisili di Sidoarjo itu selalu menyempatkan mampir.
"Ternyata rasanya enak, beda dari yang lain. Saya sudah tiga kali ke sini" katanya saat ditemui kumparan di outlet Bakso Sritikah, di Jalan Dewi Sartika, Kota Batu, Senin (14/10).
Berbicara harga, Menurut Satya tidak bisa disebut mahal. Misalnya, untuk menu bakso jumbo komplit yang biasa dia pesan dihargai Rp 35 ribu per porsi. Harga itu dia sebut pantas karena takaran daging yang banyak.
"Sesuai dengan rasa (kalau harganya), ya menurut saya masih worth it," ucap Satya.
Pelanggan lain, Nadia yang masih duduk di kelas 5 SD menyebut rasa bakso ini enak. Dia bersama beberapa temannya memesan bakso paket simpel. Terdiri dari 2 bakso halus, 1 bakso urat besar, 1 siomay, dan 1 bakso goreng.
Pengelola Bakso Sritikah, Dwi Rizky Setiawan, bercerita warung bakso itu merupakan bisnis keluarga yang didirikan sejak tahun 2017. Nama Sritikah diambil dari nama ibu pemilik.
"Jadi kita benar-benar nyari barokah namanya ibu kita. Tahun 2017 kita jualan adonan bakso, 2019 punya produk bakso frozen, Alhamdulillah berkembang sekarang merambah ke warung ini," ucap Rizky sapaan akrabnya.
Selain bakso frozen alias bakso beku, usaha bakso yang dikelola dengan keluarganya itu juga membuat inovasi bakso krokot sapi atau bakso kaki sapi dan bakso tetelan. Inovasi bakso krokot sapi ini sempat menjadi perhatian dan laris, sehingga memerlukan banyak kaki sapi.
"Bakso krokot itu kita ambil dari sapi impor Selandia Baru dan Australia. Itu kalau ramai bisa sampai 20 kaki satu harinya, Sabtu dan Minggu kalau ramai bisa segitu. Kita pakai 4-5 supplier dari Surabaya untuk menyediakan bahan baku itu," jelasnya.
Kebutuhan daging dan kaki sapi itu belum termasuk bahan baku pembuatan bakso frozen. Produk frozen ini juga menjadi salah satu yang terlaris, bahkan laris manis hingga ke luar negeri. Sebut saja pengiriman ke Hongkong yang mencapai 3-4 ribu kemasan berukuran 200 gram setiap pekannya. Nilainya berkisar Rp 60 juta.
"Mereka biasanya beli putus di luar pabrik. Jadi rata-rata punya ekspedisi, sehingga beli di pabrik kemudian dikirimkan langsung," ucapnya.
Demi memenuhi permintaan konsumen dalam negeri dan luar negeri, setiap hari rumah produksi bakso frozen harus selalu berjalan. Ribuan item bakso frozen mulai dari bakso halus, bakso kasar, siomay, tahu, hingga gorengnya dibuat di dapur produksi. Produk ini langsung dikemas pada kemasan yang bisa bertahan satu hari dalam suhu ruangan biasa, dan enam bulan dalam freezer atau kulkas.
"Kalau untuk produksinya kita setiap hari, cuma itemnya buatnya beda-beda. Jadi kadang hari ini kita buat baksonya, tapi beda-beda itemnya, cuma kurang tahu jumlahnya. Karena ada sendiri dari keluarga juga yang tahu detailnya. Jadi ini dikelola keluarga semuanya," jelasnya.
Bakso frozen produksinya dijual seharga Rp 30 ribu per kemasan 200 gram untuk harga ecerannya, sedangkan untuk harga reseller dihargai Rp 21 ribu per kemasannya. Harga itu belum termasuk harga produk bakso di outletnya di Kota Batu yang dibanderol mulai Rp 1.000 hingga Rp 130 ribu untuk krokot sapi utuh ukuran besar.
Kini bakso ini sudah balik modal berlipat-lipat dari modal awal Rp 120 ribu dari kakaknya. Selain rumah produksi di Jalan Keben, Kelurahan Bandungrejosari, Kota Malang, saat ini satu outlet bakso di Kota Batu masih bertahan.
"Cuma kita nggak mudah bertahan memang, dulu pernah buka di Sulfat, Malang tapi satu tahun tutup. Ini kita tinggal yang di Batu, sama rumah produksi di Kota Malang," paparnya.
Kini dengan segala perkembangannya Eko Susanto, pemilik Bakso Sritikah akan bakal diundang untuk mengikuti pameran di Jakarta. Pameran yang akan mempertemukan dia dengan para pembeli. Pameran yang akan diikuti UMKM binaan BRI dan Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Kopindag) Kota Malang.
"Infonya 2025 nanti ada pameran, karena kemarin kita dapat juara 5. Kita kemarin sudah dihubungi rencana 2025 itu dapat fasilitas pameran lagi, itu pameran ekspor di Jakarta," beber Eko Susanto.
Ia merasa beruntung menjadi UMKM binaan dari BRI, karena selain bisa mendapat akses pameran untuk bertemu pembeli luar negeri, berbagai forum untuk pengembangan produk dari seminar hingga pelatihan usaha ia dapatkan. Tapi memang diakui BRI tidak memberinya bantuan alat produksi dan uang. Menurutnya, fresh money atau uang itu hanya didapat saat ia menjuarai kompetisi wirausahawan
"Harapannya BRI kalau membantu UMKM, bisa lebih dipromosikan lagi, karena kalau kita lihat masih banyak yang nggak tahu programnya BRI ini. Mungkin kalau bisa soundingnya lebih besar lagi, makin banyak UMKM yang diberdayakan," tandasnya.