Oct 1st 2024, 19:13, by Berita Terkini, Berita Terkini
Jelaskan latar belakang munculnya gerakan APRA di Bandung! APRA adalah singkatan dari Angkatan Perang Ratu Adil yang dipimpin oleh mantan perwira KNIL (Koninklijke Nederlands (ch)-Indische Leger) dan sempat membuat kudeta di Bandung pada tahun 1950.
Kejadian tersebut tercatat dalam sejarah sebagai suatu gerakan pemberontakan. Tentunya ada beberapa hal yang menjadi alasan dan latar belakang munculnya peristiwa tersebut.
Jelaskan Latar Belakang munculnya Gerakan APRA di Bandung!
Pada 23 Januari 1950, terjadi peristiwa berdarah di Bandung. Sekelompok milisi bersenjata menyerang kota dan menewaskan ratusan orang. Kejadian ini terkait dengan tokoh yang dikenal sebagai penjahat perang, yang menjadi dalang di balik insiden tersebut.
Berdasarkan materi di buku Seri IPS Sejarah SMP Kelas IX, (2007), berikut adalah penjelasan lengkap untuk menjawab pertanyaan jelaskan latar belakang munculnya gerakan APRA di Bandung.
Raymond Westerling adalah tokoh utama peristiwa ini yang bisa membentuk milisi dan berani menantang pemerintah Indonesia. Westerling, mantan perwira KNIL, mendirikan APRA, sebuah milisi bersenjata pro-Belanda.
Sebagian besar anggota APRA adalah mantan tentara KNIL, khususnya dari Regiment Speciale Troepen. Pada tahun 1950, APRA terdiri dari sekitar 2.000 prajurit yang menentang pembubaran Republik Indonesia Serikat (RIS), sebagaimana disepakati dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949 di Den Haag.
Kesepakatan hasil konferensi tersebut meliputi penarikan pasukan KL dari Indonesia oleh Belanda dan pembubaran KNIL, serta penggabungan anggota KNIL ke dalam TNI. APRA bertujuan mempertahankan negara-negara bagian RIS, terutama Negara Pasundan yang penting bagi ekonomi kolonial Belanda di Jawa Barat.
Menurut catatan sejarah, latar belakang munculnya gerakan APRA di Bandung adalah:
1. Ambisi Raymond Westerling
Westerling tidak menerima pembubaran tentara kolonial Belanda (KNIL) dan penggabungan prajuritnya ke dalam TNI. Ia berambisi mempertahankan pengaruh kolonial Belanda di Indonesia dan menentang integrasi penuh ke Republik Indonesia.
2. Penolakan terhadap Pembubaran RIS
APRA menentang rencana pembubaran Republik Indonesia Serikat (RIS) yang disepakati dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949 di Den Haag. Westerling ingin mempertahankan negara-negara bagian buatan Belanda, terutama Negara Pasundan di Jawa Barat.
3. Kepentingan Ekonomi Belanda di Pasundan
Negara Pasundan merupakan basis ekonomi kolonial Belanda di Jawa Barat. APRA ingin melindungi kepentingan kolonial ini dengan menjaga Pasundan sebagai negara bagian RIS yang otonom.
4. Dukungan dari Kelompok Federalis
Westerling mendapat dukungan dari Sultan Hamid II dari Pontianak, seorang tokoh federalis yang juga menentang sentralisasi kekuasaan di bawah Republik Indonesia dan mendukung sistem negara bagian.
Motivasi inilah yang menjadi latar belakang pembentukan APRA oleh Westerling yang kemudian memicu serangan berdarah di Bandung pada Januari 1950. Tujuannya adalah untuk menggagalkan integrasi penuh Indonesia.
Setelah serangan itu, Westerling dan pasukannya kembali ke markas mereka, merencanakan kudeta kedua tapi gagal. Kegagalan ini mengakibatkan hilangnya kepercayaan anggota milisi terhadap Westerling, yang akhirnya melarikan diri ke Belanda. Sejak Februari 1950, APRA berhenti beroperasi.
Itulah penjelasan jika diminta untuk jelaskan latar belakang munculnya gerakan APRA di Bandung. Peristiwa APRA di Bandung mencerminkan ancaman terhadap persatuan Indonesia pada masa revolusi. (DNR)