Sep 10th 2024, 13:44, by Moh Fajri, kumparanBISNIS
Susu ikan disebut sebagai salah satu alternatif pengganti susu sapi untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG). Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, menilai opsi susu ikan sudah tepat karena kapasitas produksinya yang cukup besar untuk mengganti susu sapi impor.
Pada 23 Agustus 2023 lalu, Teten telah meluncurkan produk susu ikan hasil kemitraan Koperasi Nelayan Mina Bahari (Indramayu) dengan PT Berikan Teknologi Indonesia.
"Menurut saya tepat sekali memanfaatkan potensi susu ikan untuk program perbaikan gizi masyarakat dalam MBG. Susu ikan punya potensi produksi yang sangat besar untuk menggantikan susu sapi impor yg saat ini mencapai 80 persen dari kebutuhan nasional," kata Teten kepada kumparan, Selasa (10/9).
Teten menyebut kandungan susu ikan juga tidak kalah dengan susu sapi. Sehingga produk itu dianggap tepat menjadi opsi memenuhi kebutuhan susu dalam negeri.
"Jadi ini juga bisa untuk substitusi impor susu. Dan kandungan gizi susu ikan sama dengan susu sapi. Kelebihannya tidak ada masalah dengan alergi seperti susu sapi untuk sebagian orang indonesia," jelas Teten.
Teten mengatakan menu susu dalam Makan Bergizi Gratis tidak mungkin dipenuhi dari dengan produksi dalam negeri. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, kebutuhan susu di Indonesia saat ini mencapai 4,3 juta ton per tahun dan kontribusi susu dalam negeri terhadap kebutuhan susu nasional baru sekitar 22,7 persen, sisanya masih dipenuhi dari impor.
"Enggak mungkin dipenuhi dari produk susu dalam negeri karena produksinya rendah rata-rata 15 liter/ekor/hari. Sementara di luar mencapai rata-rata 36 liter. Dan juga keterbatasan lahan untuk sumber pakan hijauan," ujar Teten.
Teten melihat potensi ikan laut di Indonesia sangat besar. Susu ikan ini dihasilkan dari hidrolisat protein ikan yang tersedia secara melimpah.
Selain itu, Teten menyebut teknologi dalam negeri sudah mampu untuk memproduksi susu ikan dan biayanya tidak terlalu mahal. Nantinya, Kementerian Koperasi dan UKM akan bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk peningkatan produktivitas susu ikan.
"Secara teknologi di dalam negeri sudah mampu membuatnya dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Kami bersama KKP sudah mendampingi piloting pabrik hidrolisat protein ikan dan tinggal diperbanyak untuk meningkatkan produktivitasnya," tutur Teten.
Sebelumnya, Direktur Utama Holding Pangan ID FOOD Sis Apik Wijayanto mengatakan pengadaan susu dari peternakan sapi perah terintegrasi (mega farm) butuh waktu dua hingga tiga tahun. Untuk itu, ID FOOD mengkaji alternatif selain produk susu sapi.
"Tapi jika tidak mungkin ada produk alternatif yang bisa dilakukan sebagai pengganti susu sapi misal dari ikan ada juga," kata Sis Apik.