Sep 5th 2024, 10:08, by Adelia Sufri, kumparanWOMAN
Dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang kental dengan budaya timur, konsep open marriage dalam rumah tangga masih terdengar asing dan tabu. Makanya, kebanyakan orang belum memahami arti open marriage.
Open marriage dianggap tabu karena berlawanan dengan konsep monogami yang menjadi prinsip rumah tangga kebanyakan orang. Meski begitu, praktik ini sebenarnya sudah mulai sering ditemukan dalam budaya barat.
Perlu dipahami bahwa open marriage ini berbeda dengan poligami, ya, Ladies. Lantas, apa sebenarnya open marriage itu? Simak pembahasan selengkapnya dalam di bawah ini.
Arti Open Marriage
Mengutip laman Psyhc Central, open marriage berarti hubungan pernikahan yang membolehkan pasangan untuk berhubungan seksual dengan orang lain. Konsep ini berbeda dengan perselingkuhan, karena tidak dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Sesuai namanya, apabila pasangan ingin menjalin hubungan dengan orang lain, ia harus meminta izin atau terbuka kepada pasangannya. Bisa dibilang, hubungan open marriage sangat menekankan konsensual dari pasangan utama.
Open marriage pun berbeda dengan poligami, karena dalam konsep hubungan ini, pasangan tidak harus menikahi orang yang ia jadikan partner dalam berhubungan badan. Jadi, tidak ada tanggung jawab lebih, dan fokusnya hanya untuk kesenangan pribadi.
Dalam Very Well Mind pun ditekankan bahwa meskipun open marriage mengejar kesenangan dari orang lain, tapi prioritas utama dalam hubungan ini tetap pasangan utama, yakni suami atau istri.
Open marriage mungkin tampak menyenangkan bagi orang yang ingin menjalin hubungan serius dalam bahtera rumah tangga, tapi tetap ingin mengeksplorasi dunia seksualitas.
Namun, menurut E-Counseling, jenis hubungan ini sebaiknya dihindari karena membawa dampak negatif. Apa saja dampaknya?
1. Memicu Kecemburuan
Kamu mungkin berpikir bahwa dengan setuju menjalin open marriage, artinya pasangan tidak akan merasa cemburu dengan aktivitas yang dilakukan bersama orang lain, tapi faktanya tidak seperti itu, Ladies.
Kecemburuan adalah emosi normal yang bisa dirasakan setiap manusia meskipun mereka tidak menginginkannya. Pasangan akan cenderung membandingkan dirinya dengan 'kekasih' baru pasangannya. Hal ini tentunya bisa menimbulkan perselisihan dan akhirnya merusak hubungan.
2. Merusak Kepercayaan Diri
Open marriage dapat merusak kepercayaan diri seseorang. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, hubungan ini menciptakan kondisi yang membuat seseorang mau tidak mau membandingkan dirinya dengan orang lain.
Jika seseorang merasa 'kekasih' pasangannya lebih menarik, pintar, sukses, dan sebagainya, ini akan membuat kepercayaan diri dan self esteem-nya rusak.
3. Kehamilan Tanpa Rencana
Meskipun perencanaan telah dilakukan sebaik mungkin, 'kecelakaan' di kamar tidur tetap saja dapat terjadi dan menyebabkan kehamilan mendadak.
Hal ini tentunya berdampak buruk bagi pasangan utama, karena memiliki anak adalah perkara yang serius. Apalagi jika pasangan utama belum siap memiliki anak, ini bisa memicu perpecahan dalam rumah tangga.
4. Risiko Penyakit Menular Seksual
Penyakit menular seksual (PMS) berisiko tinggi menyerang seseorang yang aktif bergonta-ganti pasangan. Meskipun segala tindakan preventif sudah dilakukan, penyakit ini tetap saja adalah momok. Jika salah satu pasangan terkena PMS, tentu yang dirugikan bukan hanya satu pihak tapi semuanya.