Pada Minggu (4/8) dini hari, Kapal Motor (KM) Sri Mariana, meminta bantuan melalui radio satelit. Permintaan itu ditangkap oleh Polairud Polda Banten.
Pukul 00.30 WIB, tim patroli Banten menemukan kapal tersebut. Ternyata, di kapal itu, sudah ada enam mayat nelayan. Belasan lainnya juga dalam kondisi sakit.
Kru KM Sri Mariana pun diminta mendekatkan kapalnya ke Pulau Tempurung agar bisa ditambatkan ke KMB Pelangi yang tengah patroli.
Pulau Tempurung ini berada di wilayah Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon. Petugas lalu mengevakuasi para nelayan, lengkap dengan APD, karena belum mengetahui penyebab tewasnya para nelayan.
Berikut yang sejauh ini diketahui soal temuan tersebut:
Kondisi Nelayan: 6 Tewas, 14 Dirawat di RS, 16 di Isolasi di Kapal
Kepala Balai Kekarantinaan Kesehatan (BKK) Pelabuhan Kelas 1 Banten, Resi Arisandi, mengungkap kondisi para nelayan.
"Jadi totalnya (penumpang) itu ada 36 orang, enam orang meninggal, 14 orang di rumah sakit, dan 16 orang masih berada di kapal," kata dia kepada wartawan, Senin (5/8).
Mereka yang sakit dibawa ke Rumah Sakit Krakatau Medika (RSKM). Adapun penyebab para nelayan tersebut tewas dan sakit masih misterius.
"Kita belum tahu karena apa, nggak tahu karena penyakit atau karena apa, kita belum tahu. Nanti tunggu hasil autopsi, masih nunggu keluarganya karena autopsi itu harus ada keluarganya dulu," kata Kabid Humas Polda Banten Kombes Pol Didik Heriyanto.
Sampel Darah Dicek, Kualitas Makanan Diperiksa
Dalam proses untuk mengetahui penyebab tewasnya para nelayan, pemeriksaan pun dilakukan. Salah satunya dengan mengecek kualitas air dan makanan yang dikonsumsi selama berada di kapal.
"Kita juga memeriksa faktor yang ada di sana (KM Sri Mariana), seperti tikus dan lainnya, kita cari supaya diagnosisnya tepat penyebab kematian ABK dan penyakit ABK tersebut, dan kita juga periksa kesehatan air dan makanannya," kata Resi.
Selain itu, pengecekan juga dilakukan dengan sampel darah.
"Sedang dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan lanjutan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BBLKM) Jakarta. Mudah-mudahan dari hasil laboratorium, besok (Selasa) sore dapat kabar hasilnya," ucap Resi.
Sembilan Bulan di Samudra Hindia
Menurut Resi, para nelayan tersebut sempat menjelajahi Samudra Hindia untuk mencari ikan setelah bertolak dari daerah Sibolga, Sumatera Utara.
"Kapal ini dari Samudera Hindia, mereka berangkat dari Sibolga menuju Samudra Hindia selama sembilan bulan, di sana dari bulan Oktober (2023) sampai bulan Juli. Nah di bulan Juli ini ada yang meninggal enam orang, 14 orang sakit dan 16 orang masih diobservasi," kata Resi.
Keluhkan Sakit Kaki dan Sesak Dada
Sejauh ini, Resi memastikan keenam nelayan itu tewas karena sakit. Sebab tak ada luka fisik. Para nelayan disebut mengalami gejala yang sama. Mereka yang sedang menjalani perawatan intensif di RSKM Cilegon memiliki keluhan sakit di dada.
"Keluhannya itu rata-rata nyeri di bagian kaki dan sesak di bagian dada," ungkapnya.