Sakit misterius melanda nelayan penangkap ikan tuna di perairan Merak, yakni Kapal Motor (KM) Sri Mariana. Ada 36 orang nelayan di kapal tersebut. Enam di antaranya tewas.
Kepala Balai Kekarantinaan Kesehatan (BKK) Pelabuhan Kelas 1 Banten, Resi Arisandi, memastikan keenam nelayan itu tewas karena sakit. Sebab tak ada luka fisik.
Namun, sampai saat ini pihaknya belum mengetahui penyakit yang menyerang para nelayan. Pemeriksaan darah masih dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BBLKM) Jakarta.
"Korban yang meninggal itu tidak ditemukan adanya luka luar, tapi kita belum tahu kenapanya. Jadi proses meninggalnya masih kami teliti, masih kami periksa hasil darahnya di BBLKM Jakarta," kata Resi, Senin (5/8).
Namun demikian, para nelayan disebut mengalami gejala yang sama. Mereka yang sedang menjalani perawatan intensif di RSKM Cilegon memiliki keluhan sakit di dada.
"Jadi totalnya (penumpang) itu ada 36 orang, 6 orang meninggal, 14 orang di rumah sakit, dan 16 orang masih berada di kapal. Keluhannya itu rata-rata nyeri di bagian kaki dan sesak di bagian dada," ungkapnya.
Meski demikian, masih belum bisa dipastikan dugaan sakit apa yang diderita oleh para nelayan tersebut.
"Mudah-mudahan dari hasil laboratorium, besok sore dapat kabar hasil pemeriksaan lab-nya, kita periksa dulu, kita pastikan melalui pemeriksaan lab di BBLKM Jakarta," tandasnya.
Sebelumnya, enam orang nelayan KM Sri Mariana ditemukan tewas secara misterius oleh petugas Ditpolairud Polda Banten di Perairan Merak atau dekat Pulau Tempurung, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Banten pada Minggu (4/8) kemarin.
Sebanyak 14 nelayan lainnya dirawat intensif di RSKM Cilegon. Sedangkan 16 orang lainnya diisolasi di dalam kapal.
Para nelayan di KM Sri Mariana sudah hampir sembilan bulan melaut sebelum akhirnya ditemukan dekat Pulau Tempurung tersebut. Diketahui, mereka berangkat dari Sibolga menuju Samudra Hindia untuk mencari ikan.