Jul 27th 2024, 15:00, by Aditya Pratama Niagara, kumparanOTO
Pasar kendaraan niaga nasional dihadapkan tantangan besar selama beberapa tahun belakangan. Isuzu Indonesia mencatat penurunan penyerapan pasar karena beberapa sektor penyumbang penjualan terbesar mengalami pergolakan.
"Dari sisi pertambangan contohnya, dengan harga batu bara, nikel, dan lainnya mengalami penurunan, akhirnya membuat permintaan dari sisi market menurun," buka COO Astra Isuzu, Irwan Nawir saat ditemui kumparan belum lama ini di ICE, BSD, Tangerang.
"Jadi kita tidak bisa pungkiri dengan situasi yang hari ini terjadi secara global, mempengaruhi dengan pasar domestik kita, jadi tantangan ini nggak gampang," lanjutnya.
Berdasarkan data yang dihimpun pabrikan, market kendaraan komersial dalam negeri menunjukkan penyusutan 20 persen bila dibandingkan tahun lalu. Pada segmen tertentu khususnya kendaraan niaga ringan, turunnya mencapai 40 persen.
"Memang bicara tantangan yang kita hadapi hari ini kami akan ikut dengan ritme kondisi market yang ada. Sekali kemudian secara bisnis ini kemudian mengalami penurunan yang cukup signifikan. Support terhadap kendaraan unit light commercial sudah pasti akan turun," katanya.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), suplai kendaraan niaga Isuzu dari pabrik ke diler (wholesales) pada paruh pertama tahun ini sebanyak 14.033 unit, atau turun 13,1 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Adapun penjualan retail langsung ke konsumen, pabrikan yang dikenal dengan 'Rajanya Diesel' itu telah menjual 13.945 unit, mengalami penyusutan 10,1 persen bila dikomparasikan kurun waktu yang sama pada 2023.
Proyeksinya hingga akhir tahun, pasar otomotif nasional termasuk kendaraan komersial tumbuh tipis, karena masih ada agenda pesta politik berupa pemilihan kepala daerah (Pilkada) pada November 2024.
Namun demikian Irwan meyakini pasar kendaraan komersial akan kembali bergairah pada tahun depan. Keyakinan ini didasari oleh kondisi geopolitik yang kondusif, sehingga konsumen di segmen ini akhirnya tak lagi menahan pembelian.
"Mudah-mudahan lebih positif tahun depan dengan situasi jauh lebih stabil, harapannya ekonomi ini bergerak, mudah-mudahan market juga naik. Kami harap paling tidak stabil lagi di 2023. Penurunan market tahun ini kira-kira 20-30 persen, mudah-mudahan 2025 bisa rebound," tuntasnya.