Jul 29th 2024, 08:30, by Tim kumparan, kumparanNEWS
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tengah menggodok sebuah rencana. Mereka mau mengembalikan lagi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang sudah melenceng dari pemilik sah nya, yakni PBNU.
Untuk itu, mereka akan membuat tim lima, atau semacam panitia khusus (Pansus), guna mengembalikan PKB ke jalur awalnya.
PKB sendiri dibentuk atas aspirasi warga NU, yang menghendaki adanya satu partai politik yang mewakili mereka usai lengsernya Soeharto. Awalnya, PBNU menahan diri untuk tak membentuk partai, sesuai dengan hasil Muktamar NU ke-27 di Situbondo.
Pada Muktamar tersebut, menetapkan bahwa secara organisatoris, NU tidak terkait dengan partai politik mana pun, dan tidak terlibat politik praktis.
Tapi desakan warga NU kian deras. Ketum PBNU kala itu, Gus Dur mengalah. Ia memutuskan membentuk Tim Lima guna memenuhi aspirasi warga NU terkait parpol tersebut. Kala itu, tim lima terdiri diketuai KH Ma'ruf Amin. Anggotanya terdiri dari KH M Dawam Anwar (Katib Aam PBNU), Dr KH Said Aqil Siroj, M.A. (Wakil Katib Aam PBNU), HM Rozy Munir,S.E., M.Sc. (Ketua PBNU), dan Ahmad Bagdja (Sekretaris Jenderal PBNU). Mereka pun dibekali surat tugas oleh PBNU lewat rapat harian Syuriyah dan Tanfidziyah.
Pada 23 Juli 1998, tokoh-tokoh PBNU akhirnya mendeklarasikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Deklarasi itu dilakukan di rumah Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan. Adapun yang terpilih menjadi ketua umum adalah Matori Abdul Djalil.
Lantas, apa yang mendasari PBNU kembali membentuk tim lima ini?, dan bagaimana respons PKB?
Alasan Bentuk Pansus, Banyak Pernyataan Elite PKB yang Ahistoris
Pada Jumat (26/7), Saifullah Yusuf (Gus Ipul) sekretaris jenderal PBNU merilis sebuah pernyataan. Ia menyebut, langkah mengembalikan PKB ke garis PBNU harus dilakukan karena telah banyak pernyataan PKB yang tak sesuai dengan sejarah.
"PBNU sedang berdiskusi. Jika diperlukan, pembentukan Tim Lima akan segera dilakukan. Langkah ini setelah melihat pernyataan elite-elite PKB yang ahistoris. Ada tanda-tanda mereka akan membawa lari dari sejarah berdirinya PKB," kata Gus Ipul.
Gus Ipul lantas mencontohkan beberapa pernyataan elite-elite PKB yang menganggap bahwa PBNU tidak perlu didengarkan. Padahal tanpa mendengarkan PBNU, PKB terbukti gagal dalam proses pemilihan Presiden beberapa waktu lalu.
Tim lima yang akan dibentuk ini, kata Gus Ipul, akan menyerupai tim lima yang pada awal reformasi dulu pernah dibentuk PBNU untuk mendirikan PKB. Tim akan segera dibentuk jika mendapatkan persetujuan dari Rais Aam KH Miftachul Ahyar dan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf.
"Kita akan undang bergabung seluruh tokoh, para aktivis NU untuk dimintai pendapatnya terkait hal ini," kata Gus Ipul
Tunjuk KH Anwar Iskandar dan Amin Said Husni Mendalami Konflik dengan PKB
PBNU sudah menunjuk Wakil Rais Aam KH Anwar Iskandar dan Waketum PBNU KH Amin Said Husni memimpin pendalaman atas konflik dengan PKB. Keduanya akan meneliti, lalu akan memberikan rekomendasi kepada PBNU atas langkah yang harus diambil.
Ketum PBNU, Yahya Cholil Staquf menyebut, penyelesaian bakal bersifat dinamis. Bahkan, bisa saja masalah tak jadi berlarut.
"Jangan-jangan besok sudah selesai masalahnya. Ini dinamis sekali urusan begini ini, tidak bisa diukur dengan jelas sejak awal," kata dia.
Baik KH Anwar Iskandar dan KH Amin Said Husni bukan orang sembarangan. Kiai Anwar adalah salah satu generasi perintis saat PBNU mendirikan PKB.
"Pak Amin Said Husni, Wasekjen PKB pertama dan beliau anggota asistensi tim lima yang diberi mandat oleh PBNU waktu itu untuk mendirikan PKB waktu itu," imbuh dia.
Jawaban Cak Imin : PKB Bukan Untuk NU Pribadi, tapi Seluruh Bangsa Indonesia
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) merespons wacana pansus PBNU untuk PKB ini. Ia mengatakan sejak awal PKB dibentuk bukan hanya untuk Nahdlatul Ulama (NU), tapi untuk seluruh rakyat Indonesia.
"Jadi bukan untuk NU pribadi, tapi seluruh bangsa Indonesia, tapi untuk berkibarnya merah putih bagi kejayaan Indonesia," kata Cak Imin saat memberikan penyuluhan di Sekolah Pemimpin Perubahan di Berastagi, Karo, Jumat (26/7).
Itulah mengapa PKB walaupun memiliki ideologi dan lekat dengan NU tidak membatasi anggotanya hanya beragama Islam saja.
Disentil Kiai Pesantren: PKB dan NU Harusnya Sama Tapi Kadang Menjengkelkan
Pimpinan Pondok Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon, KH Imam Jazuli menyentil konflik antara kedua organisasi ini. PKB dan NU secara corak lahir dari kalangan santri, tapi justru tidak akur.
"PKB dan NU harusnya bersama-sama, tapi malah kadang menjengkelkan," ujar Imam.
Kendati demikian, menurutnya hal itu tidak apa-apa, karena PKB hanya perlu memelihara hubungan dengan masyarakat kultural NU.
"Struktural bisa dibuat oleh siapa saja, yang terpenting adalah bagaimana kultural NU tetap bersama-sama untuk memastikan kemenangan politik Ahlu Sunnah Wal Jamaah," sambung dia.
Imam Jazuli juga menyindir seseorang. Tak disebutkan siapa dia.
"Makanya saya heran, ada orang ngaku Ahlusunnah Wal Jamaah, tapi kerjanya cawe-cawe ngerepoti PKB," katanya.