Lebaran dalam Makna Komunikasi

Halaman ini telah diakses: Views
Sumber : Kumparan
Sumber : Kumparan

Tepat pada tanggal 10 April 2024, hari rabu kemarin seluruh umat muslim di Indonesia merayakan hari kemenangan hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1445 H. Masyarakat kita lebih familiar menyebutnya dengan hari Lebaran.

Lebaran ini merupakan titik puncak atas pelaksanaan ibadah puasa sebelumnya yang dilaksanakan selama 1 bulan, di mana Puasa merupakan salah satu rukun Islam ke-3 yang wajib dilaksanakan oleh seluruh umat muslim dalam rangka mengimani atas keyakinan agama Islam berdasarkan Al Quran dan Sunah.

Dalam konteks lebaran setiap tahun, sebagian orang berpendapat bahwa, setiap hari besar keagamaan ada tradisi yang tidak pernah terlewatkan. Semua orang akan mudik pulang ke kampung halamannya, untuk berkumpul dengan keluarga tercinta.

Sebagaimana dilansir pendapat Wibowo (2023) aktivitas pulang kekampung halaman atau mudik merupakan tradisi yang tidak dapat dipisahkan dari perayaan idul fitri. Jika dicermati secara dalam, mudik bukan sekadar kembali ke kampung halaman bertemu orang tua, keluarga, kerabat. Lebih dari itu, momentum bertemunya hati dan perasaan.

Berkumpulnya dengan keluarga di kampung halaman adalah, moment untuk saling bertemu menemukan kembali kondisi dan suasana alamiah dalam lingkup kedekatan maupun keakraban keluarga, sebagai jawaban atas sibuknya setiap orang yang bekerja dalam kegiatan kesehariannya selama ini.

Apabila kita telisik lebih dalam, Lebaran tidak hanya bertemu, berkumpul setiap keluarga dalam lingkungannya masing-masing. Secara mendasar adalah proses komunikasi yang dilakukan oleh semua orang baik secara verbal tuturan, tulisan maupun non verbal tanda, gerak tubuh (body language).

Lebaran wujud dari pesan-pesan komunikasi

Pesan-pesan yang disampaikan dan diterima oleh setiap orang dalam berlebaran menandai berbagai makna kesamaan yang dipahami dalam suatu balutan keikhlasan, kebaikan, keteduhan untuk saling menerima, memahami dan komitmen bersama ke depan dalam kesepakatan sikap ke arah yang lebih baik lagi. Wujud dari pesan-pesan tersebut akan terlihat ketika saat orang-orang bersalaman saling bermaaf-maafan terkadang diiringi dengan tangisan air mata sebagai ungkapan sikap yang selama ini orang-orang dalam menjalani kehidupannya.

Pertanyaannya adalah, apakah moment salaman dan tangisan tersebut adalah merupakan suatu pesan-pesan komunikasi yang berlangsung secara utuh apa adanya atau sebaliknya hanya formalitas belaka? kita tidak pernah tahu seberapa dalam, tulus dari pesan-pesan komunikasi itu dipikirkan, disusun dan disampaikan penyampai pesan (komunikator), lalu diterima oleh penerima pesan (komunikan) dengan tulus juga. Jawabannya merekalah yang mengetahui dan mengkontruksi pesan-pesan komunikasinya.

Lebaran Esensi Komunikasi dengan Tuhan dan manusia

Apabila kita telaah lebih dalam, lebaran adalah moment yang sangat menentukan ketika semua manusia kembali dalam keutuhan tautan kemanusiaan untuk saling menjaga, merawat harkat dan derajatnya. Wujud lebaran dalam proses komunikasi secara esensi adalah, merupakan hasil proses refleksi diri pada Allah SWT melalui ritual ibadah doa dalam puasa yang selama ini dilakukan, yang merupakan wujud dari internalisasi nilai-nilai Ketuhanan.

Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, manusia diberi kesadaran untuk senantiasa melakukan aktivitasnya dalam batas-batas keyakinan agamanya. Selanjutnya dikomunikasikan pada sesama manusia dalam lebaran, sebagai komitmen sikap bersama untuk menjaga dan merawat nilai-nilai kebaikan.

Hal kita sadari dalam lebaran adalah dibalik pertemuan, salaman dan tangisan terdapat kandungan nilai-nilai prinsip hidup dalam berkomunikasi yang harus terus kita lakukan selama kita hidup : menjaga keutuhan, kebersamaan, merawat perbedaan dan harmoni, menjaga toleransi dalam kehidupan sosial yang lebih ajeg.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1445 H

Mohon Maaf Lahir dan Batin

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url