Ketergantungan Impor Mengancam Sektor Farmasi: Identifikasi Risiko Jadi Strategi

Ilustrasi bahan baku obat dan bentuk sediaan farmasi (sumber: Freepik)
Ilustrasi bahan baku obat dan bentuk sediaan farmasi (sumber: Freepik)

Industri farmasi Indonesia telah mengalami pertumbuhan signifikan, hal ini karena andil dari implementasi Undang-Undang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada tahun 1960-an.

Namun seiring berjalannya waktu, industri ini menghadapi tantangan seperti pasokan yang tidak memadai serta implementasi regulasi farmasi yang cukup ketat sehingga memengaruhi perkembangan industri farmasi di Indonesia. Selain itu terjadinya pandemi COVID-19 juga menyebabkan lonjakan permintaan tak terduga yang signifikan untuk produk obat, vitamin, suplemen, dan herbal.

Maka dari itu, penanganan efektif terhadap proses operasional dalam sistem kesehatan dan jaminan pasokan obat menjadi krusial karena peran vital sektor farmasi bagi sistem jaminan kesehatan Indonesia.

Risiko dalam rantai pasok farmasi memiliki dampak luas seperti mempengaruhi ketersediaan obat hingga yang berkaitan dengan efektivitas sistem kesehatan nasional, sehingga faktor risiko ini perlu dikaji mendalam dan dikelola dengan baik untuk menciptakan praktik bisnis yang berkelanjutan dalam sektor farmasi.

Menurut data Kementerian Perindustrian, tercatat bahwa PDB Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional tahun 2020 menunjukkan pertumbuhan 9,39%, melampaui pertumbuhan sebelumnya 8,48%. Industri farmasi Indonesia mengalami kenaikan nilai ekspor 2,68% antara 2018-2020, valuasi industri farmasi Indonesia mencapai USD 635,3 juta.

Sekalipun terjadi penurunan volume, namun tetap diekspor ke negara-negara Asia seperti Singapura, Jepang, Filipina, India, dan Thailand. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai pemain dominan di Asia Tenggara.

Sebaliknya, nilai impor naik dari USD 1,52 miliar tahun 2018 menjadi USD 1,68 miliar tahun 2020, terjadi sedikit penurunan volume akibat kelangkaan barang imbas pandemi COVID-19. Dengan membandingkan ekspor-impor terdapat defisit perdagangan sektor farmasi Indonesia terutama disebabkan oleh ketidakseimbangan perdagangan bahan baku farmasi, yang meningkat menjadi USD 729,3 juta tahun 2020, meningkat 37,4% dari 2019. Ketergantungan industri farmasi pada bahan baku impor yang mencapai sekitar 90-95% dari total kebutuhan nasional, hal ini merupakan tantangan besar.

Ilustrasi identifikasi risiko dalam bisnis (sumber: Freepik)
Ilustrasi identifikasi risiko dalam bisnis (sumber: Freepik)

Pentingnya identifikasi risiko tak bisa diabaikan. Identifikasi risiko dalam manajemen risiko berguna untuk pengenalan potensi ancaman dan masalah di masa depan. Dengan memahami risiko-risiko yang ada, organisasi dapat mempersiapkan diri secara lebih baik, mengurangi dampak negatif, meningkatkan pengambilan keputusan, dan menyelaraskan strategi dengan tujuan.

Ini adalah dasar untuk mengembangkan rencana mitigasi risiko yang efektif dan memastikan keselarasan antara tujuan dan langkah-langkah yang diambil. Oleh karena itu, pentingnya identifikasi risiko tak boleh diabaikan dalam setiap aktivitas atau kegiatan.

Rantai pasok farmasi di Indonesia yang merupakan bagian krusial dalam sistem kesehatan nasional, dihadapkan beragam tantangan dan risiko yang berkaitan dengan ketergantungan importasi bahan baku, seperti:

  • Ketidakstabilan Pasokan: Gangguan dalam pasokan bahan baku obat dari luar negeri, baik karena masalah produksi, regulasi, atau krisis politik di negara produsen, dapat mengakibatkan kelangkaan obat yang serius di Indonesia.

  • Fluktuasi Mata Uang: Ketergantungan terhadap impor membuat industri farmasi rentan terhadap fluktuasi mata uang. Perubahan nilai tukar dapat secara signifikan mempengaruhi biaya impor bahan baku, yang pada gilirannya dapat memengaruhi harga obat di pasar domestik.

  • Kualitas dan Keamanan: Tidak seluruh bahan baku obat yang diimpor memenuhi standar kualitas dan keamanan yang diharapkan. Ini bisa mengarah pada produk akhir yang tidak memenuhi standar atau bahkan membahayakan bagi konsumen.

Sekalipun ada kemajuan dalam infrastruktur dan teknologi di sektor farmasi, identifikasi risiko terkait dengan rantai pasok farmasi menjadi esensial karena beberapa hal berikut:

  • Pertama, membantu perusahaan untuk mengidentifikasi ancaman potensial seperti fluktuasi harga bahan baku, kelangkaan pasokan, dan perubahan regulasi, yang dapat mempengaruhi operasional mereka.

  • Kedua, dengan pemahaman yang lebih baik tentang risiko, pemangku kebijakan dapat membuat keputusan yang lebih baik terkait strategi bisnis dan investasi.

  • Ketiga, perusahaan dapat merencanakan langkah-langkah mitigasi yang tepat untuk mengurangi atau mengelola risiko dengan lebih efektif.

  • Keempat, pemetaan risiko dapat meningkatkan efisiensi operasional, termasuk dalam manajemen rantai pasokan dan produksi.

  • Terakhir, pemahaman risiko juga mempromosikan praktik bisnis yang berkelanjutan dan bertanggung jawab dengan mempertimbangkan risiko-risiko lingkungan dan sosial yang terkait dengan aktivitas perusahaan.

Dengan demikian, pemetaan risiko tidak hanya penting untuk kelangsungan operasional perusahaan farmasi, tetapi juga untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan dan tanggung jawab sosial terhadap sistem jaminan kesehatan di Indonesia.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url