CIANJUR - Menteri Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, jika yang terpenting bagi Indonesia adalah memanfaatkan capital inflow agar tidak hanya terjebak pada portfolio atau pasar modal saja.
Derasnya arus modal asing perlu terus menerus diarahkan ke jangka menengah. Turunnya rating AS oleh S&P, dinilai menjadi beban besar bagi perekonomian Negeri Paman Sam tersebut.
"Cost of money yang harus dikeluarkan pemerintah AS, sekitar 0,67 persen atau tambahan sekitar beberapa ratus miliar dolar terhadap obligasinya. Dan itu tentu cukup membebani bagi ekonomi AS. Dari sisi itu, dan tentu apa ya semakin mempengaruhi perekonomian AS," ungkapnya di Cianjur, Sabtu (6/8/2011).
Adapun hasil sidang kabinet terbatas bidang ekonomi yang dipimpin langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Jumat (5/8) kemarin, meyakini masyarakat serta pelaku ekonomi dan pelaku pasar agar tidak khawatir dengan penurunan IHSG. Alasannya, penurunan tersebut bukan diakibatkan fundamental ekonomi nasional yang rentan, tapi sentimen global yang dirasakan hampir di seluruh dunia.
Sebagai langkah antisipasi, pemerintah siap mempergunakan instrument-instrumen yang ada jika terjadi sesuatu dalam ekonomi dalam negeri karena pengaruh sentimen global.
"Kita punya bantalan yang cukup, kalau terjadi sesuatu. Bahkan cadangan devisa kita yang sudah USD120 miliar juga ada. Jadi tidak ada sesuatu yang harus kita khawatirkan," tandasnya.
Dia mengakui, modal asing yang masuk ke instrument jangka pendek seperti Surat Utang Negara (SUN) yang saat ini kepemilikan asingnya sudah mencapai 35 persen, perlu dicermati. Dia lebih mendorong agar perusahaan-perusahaan pelat merah melakukan penawaran saham perdana atau IPO. (nia)
(Wisnu Murti/Koran SI/rhs)