Unikaja.com - Pencegahan penyakit mental di kedua gender harus berfokus pada proses 'psikologis inti'. Sebuah studi menemukan, wanita dan pria menyikapi gangguan mental dengan cara yang sangat berbeda. Wanita lebih mungkin mengembangkan gangguan internalisasi seperti kecemasan dan depresi. Sementara, gangguan kesehatan mental pada pria umumnya antisosial dan penyalahgunaan zat terlarang.
Menurut studi wawancara terhadap lebih dari 43 ribu orang dewasa di AS pada survei yang dilakukan
Institute Health Service, wanita lebih mungkin untuk menginternalisasi emosi yang menimbulkan penarikan diri, rasa kesepian dan depresi. Sedangkan pria mengeluarkannya sehingga menjadi lebih agresif dan impulsif.
Temuan ini menjadikan upaya pencegahan penyakit mental di kedua gender harus berfokus pada 'proses psikologis inti'.
Penelitian menemukan, 22,9 persen wanita mengatakan mereka mengalami depresi selama hidup mereka, ketimbang 13,1 persen pria mengatakan merasakan hal serupa. Studi yang sama menunjukkan 7,2 persen wanita memiliki gangguan panik, dan 5,8 persen memiliki gangguan kecemasan umum, sementara hanya 3,7 dan 3,1 persen laki-laki memiliki kondisi tersebut.
Di antara kondisi yang lebih umum, temuan menunjukkan 17,4 persen pria memiliki ketergantungan alkohol dan 5,5 persen memiliki kepribadian antisosial. Sementara 8 persen dan 1,9 persen wanita memiliki dua kondisi tersebut.
"Pada wanita, pengobatan mungkin fokus pada penanggulangan dan keterampilan kognitif untuk membantu mencegah kecemasan menjadi depresi," kata peneliti Nicholas Eaton, dari Universitas Minnesota.
Eaton menambahkan, "Pada pria, pengobatan untuk perilaku impulsif lebih difokuskan pada tindakan yang direncanakan dan bermanfaat agar prilaku agresif tak merusak," ucapnya seperti dimuat
Live Science.
Penelitian sebelumnya juga menunjukkan wanita merasa lebih sering stres dan mengalami neurotisme daripada pria saat timbulnya gangguan mental. Temuan menemukan stres akibat lingkungan dapat menyebabkan internalisasi.