Lonjakan Harga Kapas Bakal Hambat Industri Tekstil

Halaman ini telah diakses: Views
juandry8
Pipes Output
Lonjakan Harga Kapas Bakal Hambat Industri Tekstil
Jul 31st 2011, 10:56

JAKARTA - Lonjakan harga kapas dunia dikhawatirkan akan menghambat industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional. Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Syntetic Fiber Indonesia (APSyFI) Redma Gitawirawasta mengatakan, industri TPT nasional masih bergantung pada kapas impor.

Saat ini, kata dia, harga kapas adalah sekira USD2,9 per kilogram (kg). Redma memperkirakan, harga kapas dunia akan terus berada di atas harga normal yakni USD1,2 per kg.

"Harga kapas dunia sudah meningkat dan membuat semua industri yang menggunakan kapas sebagai bahan bakunya mengalami kenaikan harga pada produk jadinya sekira 15 persen," kata Redma di Jakarta akhir pekan lalu.

Produsen TPT, lanjutnya, harus mengeluarkan biaya sekira 60-70 persen terhadap biaya produksi untuk membeli kapas. "Kenaikan harga bahan baku kapas akan memicu penurunan konsumsi tekstil tahun ini dari rata-rata 4,5 kg per kapita menjadi 3,9 kg per kapita. Diharapkan pemerintah dapat memfokuskan pada sektor garmen mengingat besarnya pangsa pasar," tandas Redma.

Secara terpisah, Ketua umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat Usman mengatakan, lonjakan harga kapas menyebabkan modal kerja produsen tekstil menyusut.

"Lonjakan harga kapas akan menguras working capital industri dan tentu saja bisa mengganggu cashflow. Karena modal kerja yang menyusut, dipastikan kapasitas produksi akan turun, kendati mungkin secara pendapatan masih menjanjikan karena didorong oleh kenaikan harga jual," kata Ade.
 
Menurut Ade, harga kapas dunia akan sulit mengalami penurunan hingga tahun 2012. Pasalnya, kapas yang diperdagangkan di pasar adalah untuk pengiriman hingga Januari 2012.

"Jangan berharap harga kapas bisa turun untuk tahun ini. Karena itu sudah diperdagangkan secara future, dan sudah dijual untuk Januari 2012," jelasnya.

Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan harga, kata Ade, adalah dengan meningkatkan porsi komposisi penggunaan serat rayon dan poliester produksi dalam negeri, sehingga pemerintah harus berupaya untuk menggenjot penggunaan bahan baku lokal.

Di sisi lain, lanjut Ade, nilai investasi di sektor TPT selama semester I-2011 mencapai Rp3 triliun. "Itu hanya nilai untuk pengadaan mesin baru saja, belum termasuk pengadaan tanah dan bangunan," kata Ade.

Pertumbuhan investasi di industri TPT, lanjutnya, lebih banyak dilakukan oleh pelaku industri dalam negeri. "Namun, sejumlah investor asal Thailand, Korea, dan China telah berkomitmen masuk ke Indonesia. China bahkan berencana menjadikan Indonesia sebagai salah satu basis industri tekstilnya. Sehingga, nantinya tidak akan hanya menyasar pasar Indonesia saja, namun sekaligus untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri China sendiri,"jelasnya.
(Sandra Karina/Koran SI/and)

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url