Gulai pisang (Foto: Google)
BAGI sebagian orang, mungkin pisang hanya menjadi buah-buahan penutup mulut. Ia dimakan setelah menyantap makanan utama. Namun di Bengkulu, pisang punya "takdirnya" sendiri. Di sini, pisang menjadi menu masakan dalam bentuk gulai pisang.
Gulai pisang adalah makanan khas dari Bengkulu. Meski tak diketahui persis kapan kemunculannya, ia diyakini sebagai sebuah makanan penganti di kala tidak ada ikan atau daging. Padahal, gulai pisang memiliki manfaat tersendiri. Kulit pisangnya yang masih hijau bisa menjadi sumber karbohidrat.
Di Bengkulu sendiri tak lebih dari 10 rumah makan menjual makanan khas. Di antara rumah makan tersebut, yang paling terkenal adalah Rumah Makan Bunga. Rumah makan yang dimiliki oleh Inga Neng Rustam ini berada di Jalan Ratu Agung Nomor 4, RT/RW 04/09, Penurunan, Kota Bengkulu.
Rumah makan ini berdiri sejak dua tahun lalu. Ia berkonsentrasi untuk menyediakan berbagai macam makanan khas Bengkulu. Mulai dari gulai bagar hiu, gulai paku, bagar asam, hingga gulai pisang. Bagi Inga, usahanya ini tidak saja bernilai profit, tetapi juga dapat meneruskan tradisi Bengkulu.
"Selain bisa menambah penghasilan, juga bisa ikut melestarikan makanan khas Bengkulu," ujar Inga.
Menurut Inga, pengetahuan dan keterampilannya dalam memasak gulai pisang ini diperoleh dari orangtuanya sendiri. Kedua orangtuanya memang kerap menjadi ketua masak setiap kali ada hajatan adat semacam pesta pernikahan.
Inga kemudian menjelaskan bahwa untuk membuat gulai pisang diperlukan sejumlah bahan. Bahan tersebut adalah satu kilogram lokan, satu sisir pisang, dan setengah kilogram santan. Sedangkan untuk bumbu, dibutuhkan lengkuas sebesar ibu jari, jahe secukupnya, kunyit secukupnya, satu sendok teh ketumbar, tiga siung bawang putih, tiga siung bawang merah, garam secukupnya, daun jeruk purut, setengah ons cabai, dan satu ons kelapa goreng.
Setelah bahan-bahan tersebut dikumpulkan, maka kemudian lokan dan bumbu dimasak dan diaduk dengan sedikit air. Sesudah agak kering, masukkan santan. Tunggu sampai mendidih. Kemudian kunyit. Usai dimasak, gulai pisang pun siap dihidangkan untuk delapan porsi saji.
Selain menyediakan makanan berat khas Bengkulu, Rumah Makan bunga juga menyediakan makanan ringan khas lain, seperti kue Cucur Bandan dan kue Pede. Khusus untuk kue Pede. Khusus untuk kue Pede, Inga Neng memastikan hanya ada di rumah makan Bunga miliknya.
"Ini karena sudah jarang orang yang membuat kue Pede," kata Inga.
Inga kemudian menjelaskan bahwa pada awalnya ia belum berminat untuk mendirikan rumah makan khas sendiri. Tapi hal tersebut berubah saat ia ikut berjualan di pasar kaget saat bulan puasa. Tak disangka, peminat dagangannya ternyata banyak.
Oleh para pembeli, Inga didorong untuk menyediakan makanan khas Bengkulu secara reguler. Dan tak lama kemudian, Inga pun mendirikan rumah makan sendiri.
Untuk menarik pendatang baru, terutama dari luar Bengkulu atau Sumatera, Inga punya trik tersendiri. Ia mengurangi rasa pedas pada makanannya. Dengan pedas yang berkurang, warga pendatang akan bisa cepat beradaptasi dengan makanan khas ini.
Kini Rumah Makan Bunga ramai dikunjungi oleh pelanggan, terutama saat jam istirahat kerja. Mereka umumnya berasal dari penduduk pendatang seperti Jawa.
Seperti tak berhenti berkembang, kini Inga juga sudah dapat menyediakan layanan katering. Ia dapat melayani berbagai acara pesta besar di gedung yang membutuhkan jasa makanan khas Bengkulu.
Harga makanan di tempat milik Inga cukup kompetitif. Untuk semua jenis gulai, seperti gulai pisang, gulai paku, dan gulai unji, ia menawarkan harga Rp7 ribu per porsi. Sedangkan untuk gulai bagar asam, bagar hiu, dan rendang lokan, ia memasang harga Rp15 ribu per porsi.
Sedangkan untuk minuman, Rumah Makan Bunga menyediakan sejumlah jus, mulai dari jus melon, jus alpokat, dan minuman segar lainnya. Masing-masing minuman ini dibandrol dengan harga antara Rp5 ribu sampai Rp7 ribu per gelas.
Pengalamannya ini membuat Inga merasa bahwa makanan khas Bengkulu layak untuk disebarkan dan dikonsumsi oleh masyarakat luas. Dan itu sebab, ia mengharapkan agar ibu-ibu di Bengkulu juga membuat dan menjual makanan khas Bengkulu yang banyak peminatnya.
Jika kelak banyak kedai khas bermunculan, tentu makanan Bengkulu akan menjadi tuan di tanahnya sendiri. Begitu harap Inga. (Resep disarikan dari buku "Jejak Kuliner Indonesia" dari JNE)
(tty)