Gubernur Minta Warga Hentikan Terapi di Atas Rel

Halaman ini telah diakses: Views
Juandry9
Pipes Output
Gubernur Minta Warga Hentikan Terapi di Atas Rel
Jul 22nd 2011, 10:43

TEMPO Interaktif, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengimbau warga Jakarta tidak melakukan terapi kesehatan dengan berbaring di atas rel kereta api listrik. Jenis terapi itu belakangan semakin banyak dilakukan warga dekat Stasiun Rawa Buaya, Jakarta Barat, dan beberapa tempat lain.

Warga percaya, penyakit stroke dan darah tinggi lekas sembuh dengan berbaring di rel dan mendapat transfer energi listrik. "Sudah diimbau, itu satu langkah yang secara medis tak bisa dipertanggungjawabkan," kata Fauzi di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat, 22 Juli 2011.

Fauzi mengatakan telah meminta lurah dan camat untuk mengimbau warga agar tak melakukan terapi itu. "Saya juga sudah minta petugas teknis perkeretaapian untuk melarang warga," katanya.

Gubernur membantah dugaan rendahnya pelayanan kesehatan di puskesmas setempat, sehingga warga memilih terapi alternatif berbaring di rel yang sangat berbahaya itu. "Itu mindset yang keliru, puskesmas kecamatan kita sudah dapat ISO," katanya.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dien Emmawati sebelumnya mengatakan telah menginstruksikan petugas puskesmas kelurahan dan kecamatan setempat memberikan penyuluhan kepada warga di Rawa Buaya agar berhenti berbaring di rel. Dia menegaskan hingga saat ini belum ada penelitian yang menyatakan bahwa terapi rel listrik tersebut dapat menyembuhkan penyakit. "Kami mengimbau agar warga tak melakukan terapi rel listrik itu lagi," katanya.

Terapi rel listrik biasa dilakukan warga dengan rebahan, kepala diletakkan di satu rel, lalu kaki di rel lainnya. Mereka berharap mendapat setrum ringan seperti yang biasa terjadi saat menggunakan barang elektronik tegangan kecil.

Terapi ramai dilakukan sore hari. "Badan jadi enak. Tidak sakit lagi. Makanya saya sering ke sini, lagi pula gratis," kata Sri, 50 tahun, warga Semanan, Kalideres yang ikut "terapi" massal itu, Kamis, 21 Juli 2011.

Sri mengaku sudah mengikuti "terapi" ini selama setahun. "Bagi orang kecil seperti saya, terapi gratis ini kan sangat membantu. Kalau terapi beneran, mana saya mampu?" kata Sri lagi.

Ia juga tidak khawatir dengan kemungkinan tertabrak kereta saat "terapi". Teguran dan bahkan pengusiran telah diterimanya. Tapi, terapi tak berhenti. "Tangkap ya tangkap saja. Kalau kemungkinan mati kan bisa kapan dan di mana saja," tutur Sri.

AMANDRA MUSTIKA | ARIE FIRDAUS

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url